Arloji yang tak berdetak
suara yang bergema keras yang dibatasi tembok dan kaca yang tebal, kata-kata ku tak kau dengar, semangat yang ku kasih pada mu seperti kau abaikan, kita hanya bisa berbincang lewat handpone yang ku dan kau genggam, ini sebuah rintihan kecil yang menggolak didalam sanubari-ku yang terus memikirkan keadaan-mu, aku yang menangis dan hanya bisa menangis, aku kesal tapi tidak tau harus marah kesiapa, aku rindu nasehat-mu, ketika aku mendengar kau terbaring lemah seakan akan waktu berhenti dan arloji yang ku pakai kini tak berfungsi, aku tak bisa berbuat banyak dengan segala apa yang aku punya, tapi seakan akan ada dorongan yang menyemangati-ku untuk tetap percaya bahwa kau akan baik baik saja, pilu-ku kini menjadi bahan bakar untuk menjadi apa yang kau ingin, dibalik kelemahan-mu kau masih mengingatkan-ku jangan lupa makan, aku seperti kapal yang terombang-ambing di samudra lepas, nahkoda kini sedang sakit, mata-ku tak bisa menahan lara yang begitu sakit, aku tak melihat-mu bersinar kembali layaknya sang matahari, aku akan sampaikan pada dunia luas, bahwa rasa sayang tidak perlu diungkapkan dengan kata kata, puisi atau sajak yang manis, kini aku berselisih dengan waktu dan jarak yang memisahkan, tapi aku percaya matahari akan terbit lebih awal, "bagian kecil akan menjadi besar ketika setiap orang bisa menghargai bagian kecil itu sendiri".
Komentar
Posting Komentar