Atas nama yang terluka
Tentang rakyat yang belum makan, dan mengemis hanya untuk perut yang tercukupi, tidak meminta batangan emas dan kepingan perak, tidak meminta rumah tingkat atau mobil yang dikawal, alasan klasik terucapkan "sedang diusahakan" katanya, kalian menyumbang kain kafan untuk baju mereka, menyumbang kapas untuk hiasan, dan menyumbang galian tanah untuk rumah mereka, kalian sangat indah menari diatas rumah kami yang digusur, tertawa dan bercanda ketika sawah kami menjadi pabrik yang dihiasi asap, tidak ada waktu untuk menangis bukan untuk kita yang sedang membalikan tangan untuk makan, mempesonanya rumah kalian dan apa yang kalian punya untuk sekarang, tidak masalah jika ketika suatu hari kalian memakai baju oren dan diliput media, toh itu urusan belakangan bukan??, yang penting esok kalian tidak kena macet dan cepat tidur jika sudah sampai, kalian benar tentang menangani banjir, bekal kami dari rumah dengan kalian tidak sama bukan??, kalian dibekali roti atau susu, sedangkan kami hanya doa dan kardus, aku sepakat dengan kalian yang berbicara tentang indahnya maju bersama, bersama investor bukan??, kami diasingkan dengan orang asing yang masuk, kami tamu dirumah kami sendiri, harus bilang permisi untuk lewat didepan siapa yang rapih, kami harus memurahkan senyum kami kepada siapa yang mengambil hak kami, aku baru tau, menjajah bukan soal angkat senjata saja, tetasan kosong ini dibuat atas dasar aku yang masih kaget dengan keadaan sekarang, hingga penyakitpun menjadi lahan bercocok tanam disini, senyumlah sekarang, tertawalah sekarang, menarilah sekarang.
Komentar
Posting Komentar