Bandung dan jalan mesra.
Saya berada dikota kembang sekarang, dimana tertulis banyak puisi di dinding-dinding simpang ciwastra dan mural yang merajalela di sekeliling alun-alun kota, saya sangat ingin menjadi saya saat ini, menjadi apa yang saya maksud tentang hidup yang tidak memerlukan uang dan kasih sayang, sebentar, kopi saya sudah mau habis, sudah mau dingin dan harus segera saya habiskan, bandung mengingatkan saya pada rindu yang saya titip dikota asal saya lahir, dimana saya harus berupayah mengganti dirinya dengan orang yang mungkin sekarang saya tidak kenal, saya merasa hampa ketika saya harus mengingat kejadian dikala itu, bagaimana malammu disana, apakah indah??, bagaimana rindu yang selalu ku sampaikan lewat kata atau gambar???, apakah kau tau??, yah semua tergantung dirimu, aku bisa menjadi manusia yang kau maksud, kuat bukan???, lihat aku sekarang, aku punya berbagai banyak cara untuk menghabiskan malam, entah melamun atau menegak air maupun racun, tidak perlu kawatir, saya sekarang baik-baik saja selama ini, selama saya masih bisa menulis, tertawa ataupun menangis, seharusnya saya tidak usah memikirkanmu sekarang, saya sekarang berada dikota yang jauh dari keberadaan mu, dikota yang cukup ramai dengan isi dari orang yang rata-rata berpacaran mesra dijalan braga, sebentar, saya hampir sampai mencapai semua yang kau inginkan, sabarlah, semua butuh proses yang menjadikan aku dewasa dengan banyaknya ancaman dari mahkluk hidup, waktu ataupun hujan yang terus turun dikota-ku saat ini, sebentar hampir sampai, semua terlihat indah disini, dimana saya sedang melihat ramainya kota yang diselimuti canda tawa, dan saya hanya bisa mengingat anda dan menangis karena tidak bisa menjadi apa yang anda maksud.
Komentar
Posting Komentar