Tinggalkan saja dimeja makan

 Bagaiamana dengan kabar yang diberitakan koran?? Apakah saya yang pembaca bisa masuk dalam kertas abu-abu yang mudah terbakar, bagaimana dengan rumah saya yang sepi?? Tentu kau tidak ingin tau dan mulai membandingkan dengan dirimu sendiri, tepat pukul tujuh pagi aku ingin berjalan pulang kerumah, dan aku cemburu dengan anak sd yang sedang jalan bersama ayahnya untuk pergi ke sekolah, semua itu hanya kecemburuan sementara, dan ternyata salah, itu adalah apa yang aku ingin, aku tidak butuh mobil dua pintu dengan empat penggerak roda agar aku terlihat punya, aku hanya ingin berjalan atau hanya sekedar dibonceng oleh sepeda kumbang dan diantarkan kesekolah dengan ayahku, aku juga tidak bisa menyalahkan beliau atau pekerjaanya, penafsiran ku kembali pada kesalahan yang sudah tercatat dalam nama yang selalu dibayang-bayang keluarga, tinggalkan saja semua angan dimeja makan, nanti ketika aku lapar, aku masih punya cadangan untuk otak yang akan terkuras habis karena kepercayaan selalu disangkutpautkan dengan kebenaran yang terjadi dialaskan pengasihan, semua orang bisa pintar dan mempunyai ilmu pengetahuan yang tinggi, ayah bilang "hidup itu apa yang kamu tuai dalam keseharian, jika kamu menyakiti orang suatu saat orang akan menyakiti kamu, dan jika kamu membahagiakan orang bukan berarti kamu tidak akan disakiti" apakah aku peduli?? Semua orang tentu tidak peduli dengan nasib yang berbeda beda dari latar belakang permasalahan secara individual, semua orang punya masalahnya sendiri untuk diselesaikan, dogma yang ku isi adalah bagaimana sulitnya masuk kedalam akar pencerahan, tertawa bukan berarti tidak bisa, namun adakalanya semua harus terlihat biasa saja dan tidak sedih ataupun tertawa. Inti setiap penyelesaian permasalahan adalah meja makan, lantas dimana aku sekarang makan adalah aku yang sedang ingin berdialektika dengan diriku sendiri walau kursi meja makanku tak pernah penuh terisi

Komentar

Postingan Populer