Telisik malam untuk pujaan siang
Realitas yang sekarang adalah bagaimana aku memikirkan diriku untuk menjadi aku yang orang lain mengenal aku yang dulu, aku tidak pernah punya cela untuk menjadi yang terbaik dimatamu atau dimata orang-orang yang sangat kekal dalam kebahagiaan, aku mempunyai banyak pertanyaan tentang arti sayang dan rasa, namun aku tidak pernah bisa memadai untuk membicarakan itu semua, aku hidup dalam banyaknya senda gurau yang menjadikan aku manusia yang tidak mempunyai kepedulian, Sastra yang ku punya bukan hanya untuk memperbaiki setiap kata, aku tidak pandai untuk merangkum kalimat yang bermantra cinta, aku tidak punya ciri khas yang membuat ku berbeda, aku hanyalah aku yang diciptakan oleh bongkahan kata hina yang dahulu pernah dilontarkan ketika aku masih menjadi janin dalam kitab berbentuk omongan orang lain, kau tidak akan bisa membayangkan betapa susahnya hidup dalam sebuah penderitaan yang mungkin hanya kau sendiri yang merasakan, cinta, kenyataan, mimpi, angan, harapan, bertolak belakang dengan setiap kejadian yang menyangkut ingin memiliki sebongkah kata yang bisa ku jadikan pacuan dari seseorang, mungkin aku adalah kata yang sering orang pakai dengan kata pengganti yaitu kekecewaan, dekapan, kesetiaan hanya turun sebentar dalam pemikiran yang digelapkan, tidak ada satu orangpun yang aku percaya bahwa ia seutuhnya adalah aku, tapi aku bisa memberi mu alasan bahwa aku adalah milikmu, aku akan mengatakan bahwa aku takut kehilanganmu sedangkan kau akan baik-baik saja ketika kehilanganku, itu semua sudah jelas bukan?? Jadi bagaimana kau menjawab aku yang mendefinisikan diriku dengan ketidak percayaan pada pergerakanmu dan kenyataan yang ku lihat bahwa kau yang seutuhnya hanya kudapatkan setengah dari apa yang ku harapkan.
Komentar
Posting Komentar