Surat kadal ke kuntilanak

 Memikirkan setiap jengkal dari wajahmu sangat melelahkan. Aku tak bisa berfikir jernih hingga tugas terlantar begitu banyak, kau begitu hebat mengambil setiap fokus dan mengalihkan semua itu agar tertuju pada pori-pori cantik mu. Kau bukan buahbatu namun mengapa sejuk, apa ada blower yang cukup membuatku sejuk ketika kau berada dititik dimana aku berdiri?, entah mahkluk seperti apa kamu itu, rasanya kamu adalah kupu-kupu yang siap ku awetkan agar masa mendatang bisa menyaksikan begitu cantiknya dirimu. Sempat ku habiskan malam kemarin dengan memikirkan-mu, lebih tepatnya ketika aku menonton debat capres, dimana semua orang sedang bergelora dengan apa yang tersaji namun aku tetap tenang dan tidak tersulut emosi sedikitpun. Satu toples konguan tidak cukup untuk menemani ku pada saat itu, bahkan satu liter kopi tak membuat aku sakit pada detik itu, walaupun aku yakin besok tak akan seperti itu. Semua sangat mengasyikan namun semua sangat menyebalkan, ketika semua tak terjadi. Semua hanya bisa ku doakan, semoga satpam penjaga rumah-mu dan hansip maupun tukang ronda dirumah mu bisa menjaga mu dan seisi rumah mu dengan selamat. Doa yang tak muluk-muluk dan terlihat tidak berbau Teologi itulah yang ku sampaikan pada debat capres kemarin. Tak terasa aku sudah sakit perut dan konguan sudah habis empat kaleng dan kopi yang 6 gelas, saatnya aku pergi untuk kerumah sakit ataupun toilet. Aku tidak minta lebih selain mendoakan aku semoga aku besok masih bisa seperti ini lagi. Terlihat menganggur padahal banyak yang sedang ku ternjang bak ronaldowati.

Komentar

Postingan Populer