Paskah dan isinya

 "Tersirat dalam Jarak: Menemukan Makna Paskah di Tengah Keterpisahan Keluarga"

Entah mengapa judul itu memang cocok untuk dijadikan refleksi diri. Memang, kita yang merayakan belum menyentuh Paskah bahkan Kamis Putih dan Jum'at Agung. Rasanya refleksi ini belum tepat untuk dijadikan sebagai refleksi Paskah. Barangkali saya harus menulis yang lain, namun kembali pada apa yang biasa saya lakukan menjadi landasan saya untuk menulis satu hal dalam kebiasaan hidup saya setiap tahunnya.

Berkumpul di hari Paskah, menyaksikan sebuah drama, menonton segala pertunjukan dari anak-anak kecil, bahkan bersantap ria bakso bersama bunda, ayah, kakak, dan adik saya setelah selesai ibadah di seberang gereja. Bohong rasanya jika itu semua tak dirindukan. Memang semua terlihat sederhana dan tidak menarik jika dilihat dengan sekilas mata, namun apalah arti kemewahan jikalau Dia yang datang disambut dengan daun Palma? Keluarga menjadi hadiah yang indah untuk saat ini, opah menjadi teman diskusi saya sewaktu di kampung dulu, menjadi penyemangat saya untuk tetap berfikir tajam dalam merenungkan hari Paskah. sekarang tetap kita merayakan hari yang sama, memaknai hari yang sama, dan berharap di hari yang sama, namun jaraklah yang tidak sama dengan segala persamaan yang sudah disediakan.

"Pemaknaan Paskah menjadi sebuah tantangan di Tahun ini untuk saya. Menjadi sebuah pengimanan dan berhap Dia yang datang menjadi terang bagi kegelapan saya".

Komentar

Postingan Populer