Odisea Kepemilikan
Perenunganku bertolak dari sebuah kecemasan yang berlebih. Dibawah matahari yang temaram dan angkringan yang kain lama mengikis orang-orang untuk pulang, membawaku pergi jauh melintasi partikel-partikel kecil untuk tetap membasahi seluk-beluk fikiranku. Rasanya aku bertanya pada diriku: "aku ingin memiliki jauh, jauh, jauh, dari orang yang memiliki. Tapi apa ya yang disebut memiliki?"
Namun, dalam kerumitan yang menjelma, aku bertanya kembali pada diriku sendiri: apakah kepemilikan benar-benar sebuah tujuan, ataukah hanya ilusi yang memperbudak pikiran kita?
Merasakan lebih dalam, aku menyadari bahwa keinginan untuk memiliki bukanlah semata tentang barang-barang fisik yang dapat kugenggam. Lebih dari itu, itu adalah pencarian akan pemenuhan diri, keinginan untuk memenuhi kekosongan yang ada dalam diri kita.
Namun, seiring dengan kedalaman pikiran ini, terbitlah cahaya pencerahan: bahwa kebahagiaan sejati tak terletak pada kepemilikan, melainkan pada penerimaan dan ketenangan dalam diri. Sebab, barang siapa yang mengejar bayang-bayang kepemilikan, akan kehilangan dirinya di tengah jalan.
Maka, saya merenungkan kembali, bukanlah keinginan untuk memiliki yang sesungguhnya memerintah kita, melainkan pemahaman akan diri dan kesejahteraan batin yang sesungguhnya memberikan makna pada kehidupan.
Komentar
Posting Komentar