Kopi: Ritual Filosofis dan Kehangatan Obrolan di Tanah Karo

 Kopi adalah satu-satunya teman yang berada di manapun. Saya baru sadar kopi-lah yang saya temui di sini, di Tanah Karo. Saya kira banyak sekali orang yang saya temui berbincang di balai desa atau di pendopo masyarakat. Banyak saya berjumpa dengan budaya-budaya yang tampak indah di mata saya, filosofis dari setiap ritual membawa saya terbang untuk menuliskan segala apa yang saya rasakan dan saya lihat. Namun, ada yang menarik dari segala apa yang telah saya lakukan, kopi. Kopi menjadi titik pengamatan saya, kopi menjadi sebuah ritual penting dari setiap obrolan yang terjadi, mungkin kadang tuak atau teh manis, namun saya lihat kopi-lah teman sejati bagi obrolan kami hingga larut pagi. Terkadang kopi menjadi hal yang selalu disepelekan dan kita acuhkan, namun percayalah meminum kopi menjadi pengalaman eksistensial yang hebat ketika kita meminumnya dengan kesederhanaan. Kopi yang ditumbuk, kopi yang diseduh, udara dingin, dan perbincangan yang manis adalah perwujudan dari rasa kopi itu sendiri. Saya menulis kopi seakan-akan saya adalah pakar, namun perlu diberi garis besar, saya melihat kopi dari sudut pandang aneh saya. Saya dan kopi menjadi sangat dekat di sini. Menjadi sesuatu yang intim. Kopi tidak pernah meninggalkan saya dalam segala macam situasi saat ini. Kopi-lah yang saya temui ketika saya melakukan perjalanan yang mungkin jauh dari kata kota. Saya rasa kopi yang berada dalam kehangatan obrolan mengenai kemajuan kampung dan kelayakan penduduk di sini menjadi aroma yang memperkuat ciri khas kopi dari tanah ini.


24 Juni 2024



(Tanah Karo)

Komentar

Postingan Populer