#justicefordinisera



Saya bangga dengan Indonesia yang meraih medali emas di kancah internasional. Saya bangga dengan Indonesia yang memiliki makanan dan budaya yang sangat kaya. Saya bangga dengan Indonesia yang terus membangun untuk memajukan Nusantara. Sekali lagi, SAYA BANGGA! Sebentar lagi, Indonesia akan merayakan hari jadinya yang ke-79 tahun, masih usia yang sangat muda untuk sebuah bangsa. Namun, masih terlalu sulit untuk membedakan kebenaran dengan uang. Masih terlalu sulit untuk menyamaratakan antara kaya dan miskin dalam sektor keadilan.

Saya rasa, kita sudah terlena dengan medali emas yang diperoleh dari olimpiade! Kita sudah terlalu terlena dalam kesedihan yang terjadi di Palestina! Kita terlalu fokus kepada mereka sampai kita lupa bahwa ada masalah yang tenggelam dengan cara memberi uang di negeri kita sendiri! Sempat saya berpikir tentang keadilan; terlalu kosong rasanya ketika tiga orang hakim menyerukan sila kelima dari Pancasila. Atau jangan-jangan, makna dari sila itu sudah kalah oleh uang yang diberikan oleh ayah dari Ronald Tannur? Apakah ayahnya, yang bekerja dalam lingkup DPR, juga tidak mengetahui tentang keadilan bagi anaknya?

Anaknya sudah membunuh! Anaknya adalah pembunuh! Bukti sudah diedarkan, dan bukti autopsi mengenai tubuh korban seharusnya sudah cukup untuk membuka keadilan di mata hakim. Tubuh yang memiliki bekas tebal ban mobil adalah bukti dari kekerasan yang dialami oleh Dini Sera.

Bagaimana ketiga hakim bisa menegakkan keadilan di Indonesia jika tujuan mereka adalah mengenyangkan perut keluarganya sendiri? DINI MATI KARENA MABUK? Saya rasa wiski Jack Daniel’s pun tidak memiliki efek samping berupa bekas ban mobil bagi siapa pun yang meminumnya. Terlalu rendah rasanya bersekolah untuk menjadi hakim, namun alkohol dijadikan kambing hitam untuk kematian seseorang yang memiliki luka dalam yang begitu parah akibat benda tumpul yang menghantamnya. Bagaimana ketiga hakim itu menjelaskan mengenai bekas ban mobil, jika alkohol yang disalahkan? CCTV sudah rusak? Saya rasa memang begitulah caranya untuk menutupi kebenaran jika anak pejabat yang melakukan kesalahan.

Sungguh tidak ada cela ketika hakim memutuskan bahwa Ronald Tannur dibebaskan. SELAMAT! Selamat karena ayahmu sangat sayang kepadamu, hingga ia rela memonopoli keadilan yang didasarkan pada kasih sayangnya kepada anaknya. Itu pun entah karena sayang atau ingin kembali ke kementerian. Lantas, bagaimana dengan keluarga korban? Apakah mereka sedang mencari keadilan bak seorang musafir yang sedang mengalami fatamorgana di luasnya hamparan gurun pasir? Saya kira, saatnya untuk menutup kepedihan kita kepada Palestina. Biarlah kemerdekaan yang sebentar lagi terjadi, menjadi kemerdekaan yang bisa dinikmati oleh setiap kalangan dengan mewujudkan keadilan.

#justicefordinisera

Komentar

Postingan Populer