Kamu cantik malam ini !

Dan ya, di sinilah aku, terjebak di antara kata-kata yang sebenarnya nggak pernah punya tujuan jelas. Kamu jalan di realitas, sementara aku sibuk berusaha jadi protagonis di cerita yang nggak pernah masuk ke skenario hidupmu. Mungkin lebih gampang kalau aku berhenti, tapi entah kenapa, aku suka aja nulis tentang sesuatu yang mustahil. Kayak ngebangun rumah dari awan, atau ngasih kursi ke ikan buat duduk. Lucu kan? Tapi itulah yang terjadi. Aku, si pengagum kecantikan yang nggak punya panggung, sibuk mendefinisikan sesuatu yang bahkan nggak peduli pada definisi itu sendiri. Kamu cantik—udah, gitu aja. Nggak ada embel-embel cinta atau harapan, cuma kenyataan yang telanjang bulat, kayak semangka di meja makan, jelas-jelas ada tapi nggak bisa aku potong. Aku nggak punya pisau, nggak punya akses, cuma bisa ngeliatin. Kamu terus jalan, dan aku terus ngarang cerita yang nggak pernah kamu baca, mungkin bahkan nggak pernah kamu sadari. Lucunya, aku mulai menikmati absurditas ini. Mungkin ini mirip kayak orang makan mi instan tanpa bumbunya—aneh, nggak lengkap, tapi ya tetep bisa ditelen. Aku bisa aja nulis tentang realitas yang beda, tapi buat apa? Toh kenyataannya, kamu ada di cerita lain. Aku ini kayak buku yang dijatuhin di rak yang salah. Kamu buku puisi yang indah, sementara aku ini manual perakitan lemari, nggak nyambung sama sekali. Tapi biarlah, aku tetap nulis. Karena kalau aku nggak nulis, aku nggak ada. Kalau aku nggak ada, siapa yang bakal ngomong soal kecantikanmu malam ini? Siapa yang bakal bilang bahwa, meskipun kita nggak ada di cerita yang sama, aku tetap jadi saksi bisu dari segala absurditas yang terjadi di antara kita? Aku nggak bisa ubah realitas, tapi aku bisa bikin absurditas jadi tempat aku tinggal.

Jadi, selamat menikmati jalan ceritamu, yang mungkin bakal lebih indah tanpa aku di dalamnya. Aku tetap di sini, menulis di pinggiran dunia yang nggak pernah kita bagi. Dan, entah kenapa, aku suka aja berada di sana. 

Komentar

Postingan Populer