Refleksi Natal: Ngapain Kita ke Betlehem?
Pertanyaan saya pada Natal tahun ini adalah: ngapain kita ke betlehem? Berefleksi? Jalan-jalan? Atau mau mencatat nama, bahwa saya ada di sebagian dari sejarah besar di dunia? Jika memang kita ingin ke Betlehem, apakah kita siap dengan segala apa yang ada di sana? Kekacauan, tangisan, ketiadaan, kehancuran, ketidakpastian, dan sedikit harapan bagi perdamaian. Bukankah kita hanya bisa melukiskan bahwa Betlehem yang kita kenal adalah Betlehem yang berada di dalam Alkitab, dimana ada salah satu bayi lahir dan yang dipercaya bahwa bayi itu dapat mengubah dunia? Kita masih bisa mendengar bayi itu menangis, namun bukan untuk memberi tahu bahwa ia datang membawa damai, melainkan tangisan itu menunjukkan bahwa banyak korban yang berjatuhan di tengah peperangan yang terjadi sekarang. Bukankah Natal ini adalah waktunya kita untuk melihat kembali tujuan dari Yesus yang datang ke bumi? Lalu mengapa kita malah datang menuju mall dan menyokong para kapitalis demi hanya mendapatkan barang yang sedang diskon? Lalu pertanyaan keduanya, untuk apa kita datang jauh-jauh ke Betlehem jika tujuan kita adalah palaza Indonesia? Aneh. Dengan sadar kita membuang segala makna tentang Natal, tentang siapa yang datang dan untuk apa Dia datang. Penderitaan telah berlangsung di tanah kelahiran-Nya, dan dengan santai di Natal ini kita malah asyik merias pohon natal dan tukar kado dengan kerabat.
Melihat palungan? Saya rasa kita akan terjebak untuk melihat itu, karena banyak pos penjagaan yang mengepung daerah itu. Untuk apa kita mengingat palungan yang sederhana jika pada realitasnya kita tidak bisa memakani apa yang dimaksud dengan kata “Raja yang lahir di tempat yang terendah”. Menangis dan mengingat kelahiran Yesus? Ingatlah bahwa Yesus memperingati kamu untuk saling mengasihi dan bukan menangisi. Bagaimana kita bisa merayakan kelahiran Dia sang pembawa damai, jika kita tidak bisa menciptakan perdamaian yang Dia inginkan? Tunggu sebentar, kita tidak menyuruh Dia yang datang untuk bekerja sendiri kan? Jika memang kita menyuruh Dia dan kita tidak bergerak juga, apa bedanya kita dengan para kaum borjuis yang menindas kelas bawah, sedangkan kelas bawah sudah berjasa besar bagi kita semua? Percayalah bahwa Natal bukanlah sesuatu yang perlu indah dengan dekorasi yang menarik. Natal mengajak kita untuk melihat sekeliling kita. Apakah Yesus hadir di tengah-tengah kita? Apakah perdamaian terwujud di Natal ini? Dan masih banyak lagi.
Komentar
Posting Komentar