Aku mau kemana, pak?

 Hari ini dimulai oleh pertanian. “Bertani karena Benar” begitulah ungkapan yang diubah dari kalimat “Berani karena Benar” tujuannya hanyalah untuk membenarkan segala apa yang saya lakukan pada hari ini, hanya sebatas itu dan tidak lebih. Banyak orang yang bertanya, “kenapa harus bertani? Gak ada kegiatan?” selain ini tugasku, aku rasa bertani adalah bentuk nyata dari sebuah perjuangan. Warteg langgananku tak akan bisa berjalan tanpa petani yang panas-panasan menjaga padi dan sayur-mayurnya di kebun. Walaupun hari ini puasa, tak letih saya rasa untuk tetap menggemburkan tanah dan menyebarkan bibit, ya walau sedikit mengeluh karena saya rasa akan lebih nikmat jika ada es teh di samping cangkul saya, tapi tak apa lah. Selain bertani, hari ini saya mengabari seseorang yang jauh dari Jogja. Saya memberi pesan bahwa, “Sebentar lagi saya pulang, marilah kita bertemu atau sekedar berkeliaran seperti dulu” agaknya ada yang beda dari maksud saya pulang kali ini, bukan sekedar liburan atau rindu rumah, melainkan tugas yang absurd yang harus saya kerjakan. Malam ini saya berada di kedai kopi dekat kost, memesan kopi panas dengan beans dari Peru, seduhannya lumayan enak, bisa menemani saya dikala kekosongan dompet dan bumi yang terus berputar. Saya sangat suka disini, eh, tidak juga. Karena hujanlah saya masih berada disini. Emosional saya terluka hari ini. Banyak yang tidak masuk diakal namun tetap saya lakukan. Saya rasa saya memanglah seseorang yang bodoh, yang menanyakan jalan kepada orang lalu orang itu tidak bisa menjawab. Saya hanya bertanya “Pak, maaf, saya mau tanya, saya mau kemana ya?” pertanyaan itu yang membuat bapak-bapak yang saya tanyai emosi dan menghiraukan saya. Dia acuh, tak peduli, merasa dirinya paling berguna, padahal aku bisa menanyakan hal yang serupa kepada bapak-bapak setelahnya. Jogja hujan euy, dingin, kopiku habis, mau memesan lagi tapi sayang. Mau pulang tapi hujannya seperti perasaan yang deras sekali saya rasa. Senangnya hari ini diriku, hingga menulispun tak jelas arahnya kemana, tapi inilah bentuk dari kehidupan yang sebenarnya. Bergerak bebas tak terarah, kau harus siap untuk menerima dan banyak sekali kejutan ketika kau bergerak satu inci dari tempatmu berdiri. Kesiapan inilah yang jarang orang punyai, termasuk aku. Doakanlah aku biar aku siap, sebentar lagi ujian tengah semester, semoga surgalah tempatku. Kamu tau kalau ada bumi yang beda selain bumi yang kita pijak? Ya, ada. Harapan yang ku maksud. Harapan itu seperti tempat yang perlu kita tuju, yang perlu kita cari, yang perlu kita jalani. Tapi sialnya, google maps tidak punya titik koordinat untuk menuju kesana, lalu pertanyaanya: bagaimana cara untuk sampai kesana?. Tidurlah, siapa tau mimpimu mempunyai jawaban dari hal yang tak bisa kau jawab. Ku rasa harapan akan datang jika kita tidak berharap. Bergeraklah, jangan mencari jawaban dari orang lain. Ciptakan jawabanmu sendiri untuk pertanyaanmu. Aku rasa itu yang akan membantumu ketika kau terselandung oleh ranting-ranting kehidupan. Percaya saja bahwa kamu tidak bisa, percaya saja bahwa kamu akan kalah, untuk apa optimis? Sakit rasanya jika tak terwujud. Bersikaplah biasa aja, aku rasa semua akan baik-baik saja. Aku adalah contohnya. Mulailah bertani. Adakalanya dunia lebih indah jika kita membicarakan pupuk, bibit, dan alat-alat pertanian, ketimbang kita yang membicarakan konsep-konsep yang abstrak dan yang susah memberikan kita uang hanya untuk sekedar membeli nasi di warteg bahari. Pergilah dalam damai di malam ini. Aku pikir kau perlu istirahat, maksud ku istirahat adalah pergi dengan arti yang rumit tanpa dimiliki definisi.




Komentar

Postingan Populer