Ketika Buta Justru Melihat !
Ada yang selalu luput dari perhatian kita yang melek: bahwa cahaya pun bisa membutakan. Di dunia yang memuja terang, visual adalah raja. Tuhan pun, jika boleh jujur, telah dikonstruksi sebagai sosok bercahaya: megah, tinggi, bercahaya putih menyilaukan, duduk di atas takhta awan. Iman pun direduksi menjadi serangkaian penglihatan dan impresi—tentang altar, ikon, langit terbuka, dan cahaya surgawi. Tapi bagaimana jika seseorang tidak pernah mengenal cahaya sejak lahir? Apakah itu berarti Tuhan tidak hadir baginya? Atau justru: dialah yang selama ini mengenal Tuhan lebih murni daripada kita yang silau oleh cahaya buatan? Seorang buta tidak melihat Tuhan. Ia tidak tahu seperti apa rupa salib, atau bentuk gereja, atau wajah Yesus seperti dalam lukisan-lukisan renaissance yang kita agung-agungkan. Ia bahkan tidak tahu arti warna putih sebagai simbol kesucian. Tapi mungkin justru karena itu ia tidak perlu tahu . Karena Tuhan, jika benar adalah Tuhan, tidak bisa ditangkap oleh retina. T...